Last Love But Not Love Last

Senin, 01 Oktober 2012


//

Bukan Cinta Pertama, Tapi Cinta Terakhir


Tahu apa aku tentang cinta? Dengan predikat jomblo sejati karena dari dulu sampai sekarang ngak pernah punya pacar, rasanya tak ada kompetensiku untuk bercerita lebih banyak tentang hal ini. Tapi sebagai manusia, rasa suka kepada seorang pria tentu tak pernah lepas dari kehidupanku yang hendak menginjak usia 17tahun 23 Oktober 2012 nanti. Deretan gadis-gadis yang kusuka rasanya tak elok juga diungkapkan di sini karena kebanyakan dari mereka sekarang telah menemukan jodohnya dan malah sudah dikarunia buah hati. Pernikahan adalah ikatan suci. Aku tak ingin mengungkit kisah lama yang pernah ada yang nantinya hanya akan menyakiti suami dari gadis kusuka dahulu.
Hubunganku dengan mereka lebih banyak seperti kisah percintaan zaman baheula. Sebagai Wanita penyuka roman-roman lama yang ditulis oleh Buya Hamka ataupun Sutan Takdir Alisyahbana, iringan rasa suka lebih
banyak disampaikan lebih goresan kata-kata dalam sepucuk surat. Entah itu surat cinta dengan kertas bunga ataupun deretan pesan singkat yang terinspirasi dari syair-syair lagu Kak Siti Nurhaliza.
Sangat jarang aku menyentuh mereka. Paling banter hanya sekedar salaman sebagai tanda perkenalan dan pembuka perjumpaan. Setelah itu aku hanya terpaku menatap wajah yang sedang ada di hadapan, yang sekejap saja mampu kulakukan. Karena rasa malu segera datang menganggu rasa percaya diriku.
Ada memang beberapa dari mereka sangat kuat mempengaruhi hatiku. Yang mampu membuatku menangis kala sepi dan meratapi diri kenapa dia tak menyambut cinta tulusku. Namun seiring waktu, aku mulai mengikhlaskan kepergiannya karena setelah kurenung-renungi tak baik juga memendam sesuatu yang tak halal bagi hati ini. Seraya berprasangka baik sama Allah, suatu hari nanti aku pasti bisa menemukan seorang gadis yang lebih baik darinya.
Perlahan aku menghapus memori lama. Karena kuyakin tak ada gunanya terus mengingat masa lalu yang tak mungkin kembali. Aku harus menatap masa depan. Karena perbaikan diri adalah cara terbaik untuk menunggu Pangeran yang ditakdirkan Tuhan untuk berjodoh denganku.
Siapa yang tak ingin menjadikan cinta pertamanya sebagai cinta terakhirnya. Tapi perjalanan hidup bukanlah kuasa kita. Ada takdir Tuhan yang mengatur semua. Seringkali kita harus melalui sakit dan luka sebelum bertemu dengan sang Pangeran idaman.
Sekarang hari-hariku lebih banyak disibukkan dengan bersekolah. Saat ini, hanya satu do’a tulus yang kupanjat setiap malam kepada Tuhan. Untuk sebuah nama yang kuberharap adalah perjalanan terakhir cintaku. Apapun keadaannya, bagaimanapun masa lalunya aku akan terima apa adanya.
“Ya Allah… Jika dia baik untuk diriku, agamaku, masa depanku dan keluarga, jadikanlah ia sebagai hidupku. Bersamanya ingin kuraih sorga dan ridhaMu. Dengannya ingin kulahirkan generasi yang akan berjuang membela agamaMu. Jika memang dia bukan jodohku Ya Rabb, gantilah ia dengan yang lebih baik. Engkaulah pemilik diri ini dan paling tahu mana yang terbaik untukku. Amiin…”

0 komentar:

Posting Komentar

Senin, 01 Oktober 2012

Last Love But Not Love Last


//

Bukan Cinta Pertama, Tapi Cinta Terakhir


Tahu apa aku tentang cinta? Dengan predikat jomblo sejati karena dari dulu sampai sekarang ngak pernah punya pacar, rasanya tak ada kompetensiku untuk bercerita lebih banyak tentang hal ini. Tapi sebagai manusia, rasa suka kepada seorang pria tentu tak pernah lepas dari kehidupanku yang hendak menginjak usia 17tahun 23 Oktober 2012 nanti. Deretan gadis-gadis yang kusuka rasanya tak elok juga diungkapkan di sini karena kebanyakan dari mereka sekarang telah menemukan jodohnya dan malah sudah dikarunia buah hati. Pernikahan adalah ikatan suci. Aku tak ingin mengungkit kisah lama yang pernah ada yang nantinya hanya akan menyakiti suami dari gadis kusuka dahulu.
Hubunganku dengan mereka lebih banyak seperti kisah percintaan zaman baheula. Sebagai Wanita penyuka roman-roman lama yang ditulis oleh Buya Hamka ataupun Sutan Takdir Alisyahbana, iringan rasa suka lebih
banyak disampaikan lebih goresan kata-kata dalam sepucuk surat. Entah itu surat cinta dengan kertas bunga ataupun deretan pesan singkat yang terinspirasi dari syair-syair lagu Kak Siti Nurhaliza.
Sangat jarang aku menyentuh mereka. Paling banter hanya sekedar salaman sebagai tanda perkenalan dan pembuka perjumpaan. Setelah itu aku hanya terpaku menatap wajah yang sedang ada di hadapan, yang sekejap saja mampu kulakukan. Karena rasa malu segera datang menganggu rasa percaya diriku.
Ada memang beberapa dari mereka sangat kuat mempengaruhi hatiku. Yang mampu membuatku menangis kala sepi dan meratapi diri kenapa dia tak menyambut cinta tulusku. Namun seiring waktu, aku mulai mengikhlaskan kepergiannya karena setelah kurenung-renungi tak baik juga memendam sesuatu yang tak halal bagi hati ini. Seraya berprasangka baik sama Allah, suatu hari nanti aku pasti bisa menemukan seorang gadis yang lebih baik darinya.
Perlahan aku menghapus memori lama. Karena kuyakin tak ada gunanya terus mengingat masa lalu yang tak mungkin kembali. Aku harus menatap masa depan. Karena perbaikan diri adalah cara terbaik untuk menunggu Pangeran yang ditakdirkan Tuhan untuk berjodoh denganku.
Siapa yang tak ingin menjadikan cinta pertamanya sebagai cinta terakhirnya. Tapi perjalanan hidup bukanlah kuasa kita. Ada takdir Tuhan yang mengatur semua. Seringkali kita harus melalui sakit dan luka sebelum bertemu dengan sang Pangeran idaman.
Sekarang hari-hariku lebih banyak disibukkan dengan bersekolah. Saat ini, hanya satu do’a tulus yang kupanjat setiap malam kepada Tuhan. Untuk sebuah nama yang kuberharap adalah perjalanan terakhir cintaku. Apapun keadaannya, bagaimanapun masa lalunya aku akan terima apa adanya.
“Ya Allah… Jika dia baik untuk diriku, agamaku, masa depanku dan keluarga, jadikanlah ia sebagai hidupku. Bersamanya ingin kuraih sorga dan ridhaMu. Dengannya ingin kulahirkan generasi yang akan berjuang membela agamaMu. Jika memang dia bukan jodohku Ya Rabb, gantilah ia dengan yang lebih baik. Engkaulah pemilik diri ini dan paling tahu mana yang terbaik untukku. Amiin…”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar