//
Bukan Cinta Pertama, Tapi Cinta Terakhir
Tahu apa aku tentang cinta? Dengan predikat jomblo sejati karena dari dulu sampai sekarang ngak pernah punya pacar, rasanya tak ada kompetensiku untuk bercerita lebih banyak tentang hal ini. Tapi sebagai manusia, rasa suka kepada seorang pria tentu tak pernah lepas dari kehidupanku yang hendak menginjak usia 17tahun 23 Oktober 2012 nanti. Deretan gadis-gadis yang kusuka rasanya tak elok juga diungkapkan di sini karena kebanyakan dari mereka sekarang telah menemukan jodohnya dan malah sudah dikarunia buah hati. Pernikahan adalah ikatan suci. Aku tak ingin mengungkit kisah lama yang pernah ada yang nantinya hanya akan menyakiti suami dari gadis kusuka dahulu.
Hubunganku dengan mereka lebih banyak
seperti kisah percintaan zaman baheula. Sebagai Wanita penyuka
roman-roman lama yang ditulis oleh Buya Hamka ataupun Sutan Takdir
Alisyahbana, iringan rasa suka lebih
banyak disampaikan lebih goresan
kata-kata dalam sepucuk surat. Entah itu surat cinta dengan kertas bunga
ataupun deretan pesan singkat yang terinspirasi dari syair-syair lagu
Kak Siti Nurhaliza.
Sangat jarang aku menyentuh mereka.
Paling banter hanya sekedar salaman sebagai tanda perkenalan dan pembuka
perjumpaan. Setelah itu aku hanya terpaku menatap wajah yang sedang ada
di hadapan, yang sekejap saja mampu kulakukan. Karena rasa malu segera
datang menganggu rasa percaya diriku.
Ada memang beberapa dari mereka sangat
kuat mempengaruhi hatiku. Yang mampu membuatku menangis kala sepi dan
meratapi diri kenapa dia tak menyambut cinta tulusku. Namun seiring
waktu, aku mulai mengikhlaskan kepergiannya karena setelah
kurenung-renungi tak baik juga memendam sesuatu yang tak halal bagi hati
ini. Seraya berprasangka baik sama Allah, suatu hari nanti aku pasti
bisa menemukan seorang gadis yang lebih baik darinya.
Perlahan aku menghapus memori lama.
Karena kuyakin tak ada gunanya terus mengingat masa lalu yang tak
mungkin kembali. Aku harus menatap masa depan. Karena perbaikan diri
adalah cara terbaik untuk menunggu Pangeran yang ditakdirkan Tuhan untuk
berjodoh denganku.
Siapa yang tak ingin menjadikan cinta
pertamanya sebagai cinta terakhirnya. Tapi perjalanan hidup bukanlah
kuasa kita. Ada takdir Tuhan yang mengatur semua. Seringkali kita harus
melalui sakit dan luka sebelum bertemu dengan sang Pangeran idaman.
Sekarang hari-hariku lebih banyak
disibukkan dengan bersekolah. Saat ini, hanya satu do’a tulus yang
kupanjat setiap malam kepada Tuhan. Untuk sebuah nama yang kuberharap
adalah perjalanan terakhir cintaku. Apapun keadaannya, bagaimanapun masa
lalunya aku akan terima apa adanya.
“Ya Allah… Jika dia baik untuk diriku,
agamaku, masa depanku dan keluarga, jadikanlah ia sebagai hidupku.
Bersamanya ingin kuraih sorga dan ridhaMu. Dengannya ingin kulahirkan
generasi yang akan berjuang membela agamaMu. Jika memang dia bukan
jodohku Ya Rabb, gantilah ia dengan yang lebih baik. Engkaulah pemilik
diri ini dan paling tahu mana yang terbaik untukku. Amiin…”
0 komentar:
Posting Komentar